Jangan Menjadi Wanita Pemintal Benang

Himbauan ini tidak hanya untuk para wanita yang mencita-citakan profesi sebagai pemintal benang. Tetapi himbauan untuk seluruh wanita baik PNS, apoteker, dokter, guru, pengusaha, trainer, ibu rumah tangga. Semua profesi, dikota maupun di kabupaten, yang di dalam maupun di luar negeri.

Dan, ini juga untuk para laki-laki, tentu saja bagi laki-laki tidak boleh menjadi wanita pemintal benang. Menjadi ke-wanita-wanita-an saja tidak boleh, apalagi wanita pemintal benang..

Kawan-kawan para alumnus Ramadhan.

Ramadhan bukan bulan cuci tangan kan? bukan bulan buat bersih-bersih sebelum berkubang-ria kembali. Tetapi sejatinya Ramadhan adalah titik tolak untuk membangun komitmen ketaatan seumur hidup, bukan ketaatan momentum.

Selama Ramadhan kita punya semangat besar untuk beribadah, alangkah nikmatnya jika semangat besar itu juga mengalir di bulan-bulan berikutnya. Siang malam yang penuh ibadah: siangnya berpuasa, malamnya qiyamullail, beramai-ramai kita memadati mesjid, bacaan alquran terdengar disetiap sudut. Kebaikan dan amal ibadah ditanam dan dipupuk sebanyak-banyaknya, menyantuni fakir miskin, bersedekah, membantu tetangga dan sederet amal lainnya berjejer selama Ramadhan. Tentu akan lebih baik jika itu juga berparade dibulan-bulan berikutnya.

tetapi sayang, nuansa ketaatan itu tidak bertahan seumur hidup. Hanya seumur jagung ramadhan saja.

Yang dulu rajin ke mesjid sekarang hanya numpang lewat saja, adzan hanya sekedar didengarkan, shalat subuh tidak lagi di awal waktu, terkadang pukul 6 pagi atau pukul 7 atau mungkin tidak lagi shalat subuh. Shalat dzuhur telah menjelang ashar, shalat ashar menjelang magrib, shalat magrib menjelang isya, shalat isya menjelang tidur, tidak diawal waktu lagi, tergesa-gesa dan jarang berjamaah.

Alquran telah tersusun lagi di rak buku, debu-debu satu persatu mulai menutupinya.. entah kapan akan di baca lagi, entah mungkin di ramadhan tahun depan..

Tangis taubat di sepuluh malam terakhir seakan sudah dilupakan ketika satu persatu maksiat mulai lagi dicicil menghitamkan hati.

Uang telah mulai sulit mengucur untuk bersedekah, tetangga sudah mulai tidak disapa lagi, mata sudah mulai sinis memandang para fakir miskin, keinginan akan dunia mulai menjadi-jadi lagi..

Ini lah mereka para pemintal benang yang bodoh, kisah yang Allah ceritakan di lembar Alquran.

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali…”.
(an nahl :92)

Dari pagi sampai sore ia hanya memintal benang. Sore hari ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Selama Ramadhan ketaatan dirangkai, begitu Ramadhan habis, semua ketaatan yang indah itu dicerai beraikan kembali. Hingga sia-sia lah semua, sungguh kerugian yang nyata. Karena itu Nabi saw. selalu mengingatkan agar kita selalu istiqaamah. Ketika salah seorang sahabatnya minta nasihat yang bisa dijadikan pegangan seumur hidupnya, Nabi menjawab: qul aamantu billahi tsummastaqim (katakan aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah).

Semoga kita tidak termasuk ke dalam kelompok para pemintal yang bodoh. Agar benang-benang yang kita pintal selama Ramadhan bisa dirajut menjadi kain-kain yang indah, pakaian-pakaian yang akan dikenakan di surga.



15 responses to “Jangan Menjadi Wanita Pemintal Benang

  1. kalau jadi wanita pemintal benang yang kuat, yang tidak akan pernah lagi mengurai benangnya, tapi terus memintal benang-benang baru, baa?

  2. wanita pemintal benang: putri aurora dong…
    huh..
    komentar tidak penting. yang penting itu bertekad agar tidak jadi pengurai benang alias pemintal benang yang erorudin…
    aaammmiin..

  3. Ping-balik: Musim Award « Si Kupu-Kupu·

Tinggalkan komentar