Ini ayah Budi, ini ibu Budi, ayah Budi pergi ke sawah, ibu Budi pergi ke pasar.
kemaren saya bertemu lagi dengannya. Budi.
Budi, nama yang begitu akrab dalam cerita masa kecil kita. Selalu ada dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia dari kelas satu sampai kelas enam. Ia selalu menjadi tokoh utama dalam beberapa cerita. Dalam imajinasi kecil saya Budi adalah anak yang rajin, baik, patuh pada orang tua, punya banyak teman dan seluruh sifat baik menempel pada namanya. Sulit mencari nama lain di dalam cerita yang kemunculannya sesering Budi. Kalau saja cerita-cerita itu adalah sinetron, tentulah Budi memiliki honor yang besar, karena membintangi banyak sinetron.
Namanya Budi. Tapi nama lengkapnya bukan Budi Andhuk, si pelawak yang mengocok banyak perut masyarakat Indonesia. Juga bukan Budi Ono ( Boediono ), si Bapak yang terjerat kasus Century. Arief Budiman, begitu nama lengkapnya ketika pertama kali saya bertemu, di babak penyisihan region saat lomba Matematika tingkat SD se kecamatan, berbilang tahun lalu. Saya kalah tipis darinya, yang membuat saya harus pulang lebih cepat. Budi, ia luar biasa, sebagaimana imajinasi saya pada tokoh Budi di dalam buku-buku cerita. Rajin, pantang menyerah, gigih. Tempaan hidup membuatnya demikian.
Setelah SMP saya meninggalkan Talu dan melanjutkan sekolah di Padang. Banyak tahun yang dilewati tanpa saya mengetahui cerita tentang dirinya lagi. Hanya sedikit cerita-cerita singkat saja. Sampai akhirnya setelah saya tamat kuliah. Suatu waktu dalam perjalanan menuju tempat “melingkar”, motor saya kehabisan bensin, dan parahnya tidak ada penjual bensin eceran disekitar itu, sementara saya harus sampai di tempat “melingkar” sebelum isya. Maka tak ada pilihan lain, saya titipkan motor pada rumah salah satu warga, dan saya menunggu angkot yang lewat di pinggir jalan..
Beberapa menit kemudian, satu angkot lewat, jurusan taruko, ceper, ada tulisan “mantiak” di depannya. Kebetulan angkotnya juga kosong, tidak ada penumpang lain, dan saya langsung naik.
“nio poi koma ang?” *, tanya si sopir.
Betapa kagetnya saya, jarang-jarang sopir bertanya begitu, dan lebih kagetnya ia berbicara dalam logat dan dialek Talu, tempat saya dilahirkan. Dan semakin saya bertambah kaget ketika memperhatikan lebih jelas raut wajah sopir angkot itu. Wajah yang saya kenal, senyum yang saya kenal, itu BUDI !!
Lidah saya kelu, tidak bisa menjawab pertanyaannya, hanya sebuah isyarat dengan telunjuk saja. Anak yang dulu mengalahkan saya, anak yang dulu begitu rajin dan luar biasa, hari ini.. ahh.. sungguh roda hidup tak pernah bisa diduga, serupa labirin yang ujungnya berada pada tempat yang tidak sangka-sangka. Budi.. pahit rasanya ketika saya menelan liur. Tapi ia hanya tersenyum..
“lupo ang jo den yo?”, tanya nya sambil menginjak gas.
“indok doh, ba a lo ka lupo”, jawab saya sambil melawan bunyi deru mesin.
Setelah itu ada banyak cerita yang mengalir, tentang perjuangannya untuk bertahan hidup, semua dikerjakan hingga menjadi sopir angkot. Saya terharu mendengar ceritanya, tapi sungguh tidak ada raut sedih dan kecewa atas hidup yang tergambar di wajahnya ketika bercerita, hanya senyum. Senyum kesabaran. Tapi saya tidak dapat bercerita banyak padanya, karena saya keburu sampai di tujuan..
Dan darinya, di duapuluhmenit perjalanan, saya belajar lagi tentang kesabaran, dan api perjuangan hidup yang tak boleh redup apalagi padam.
———————————–
Kawan, jika suatu saat kau berkunjung ke Padang dan bertemu angkot jurusan Taruko yang ceper, mempunyai tulisan “mantiak” di kaca depannya. Mungkin.. mungkin saja kau akan bertemu Budi di dalamnya..
Tapi saya berdo’a esok ia bukan lagi sekedar sopir, tapi pemilik armada-armada angkot itu..
———————————–
*) nio pai koma ang? : dialek Talu, untuk bahasa Indonesia “Mau pergi kamana kamu”. Kalau dalam bahasa padang “nio pai kama ang”
*) lupo ang jo den yo : kamu lupa dengan saya ya?
*) indok doh, ba a lo ka lupo : tidak, bagaimana mungkin saya lupa
Pertamax!!
🙂
mantap gan !!
telah sukses menjadi yang pertama ngoment.. walau nggak jelas..
Ikut Meng amin i Doa dari Adrian Rang Talu …
Semoga Budi mempunyai armada-armada yang banyak …
Salam saya
amin Pak.. semoga Budi juga mendengar nya
Semoga saya bisa bertemu budi ketika main ke sana. Agar semangat dan kegigihannya bisa menular ke saya. 😀
mantap !!! di tunggu akh
Bisa belajar bahasa padang disini gan, teringat sahabatku yang pergi kerja ke luar kota gan yang namanya juga budi….
belajar bahasa padang? oh silahkan.. pendaftaran masih dibuka sampai akhir tahun.. nilai UAS tidak berpengaruh..
uang pendaftaran Rp.50.000,-
uang bulanan, cukup Rp. 100.000,- saja
🙂
hiks terharu juga saya..
kadang realita membuat orang pintar sekalipun harus bernasib begitu..
oh orang Padang ya.. saya tahunya tambo ciek (maksudnya tambah lagi) bener gak nulisnya? hihi..
makasih ya dah mampir ke blog saya..
yup. padang.
tulisannya salah, kalau “tambo” itu artinya ranji. tapi kalau yang dimaksud adalah tambah lagi.. adalah TAMBUAH CIEK
waduh…kaget saya baca artikelnya karena nama saya juga Budi nich ??
oh.. nama mas budi juga ya? tapi bukan budi anduk kan?
ho..ho..ho..
ini kisah si budi yo..
tumben urang padang namonya budi..
tapi seperti kata pepatah..
bumi berputar untuk semua orang
saya percaya sibudi akan tetap menjadi manusia yang istimewa..
walaupun dia hanya supir angkot..
mungki suatu hari nanti bisa jadi juragan angkot..
walaupun budi hanya orang biasa…
tapi darinya kita bisa belajar banyak…
yang terpenting adallah kerja keras…
SEMANGAT!!!!
oh iya lupa..sanak awak add link nyo yo..
lah acok kali berkunjung…lupo taruih…
(^_^)
buliah-buliah.. ndak bayie doh..
sepakat dg reza. sudah macam kamus padang di sini….gratiss! btw, sy ada komen di jwbn lmpu mrh, masuk tdk pakai wp sy, kok tdk mncul ya?
hmm. kamus?? okelah dingsanak..
kalau komen nya muncul koq, malah komen Ayya yang pertama di tulisan “dialog lampu merah:sebuah jawaban” itu.. coba dilihat lagi..
bukan, bukan yg itu. sya ada bls lagi di bwhnya jg balas komennya usagi ttg transletex, tapi masukx tdk sigin wp saya. mmg tdk ada ya? *maaf ya keluar dari tema “Ini Ibu Budi”. Recek urang, malu brtanya sesat di jalan. msh bingung dg wp, tanya ke ahlinya, kan ada di sini..
kecek urang
sepertinya tidak masuk, karena seluruh komen sdh saya modersi.. mungkin ketika menulis komennya lupa untuk mengisi alamat email atau lupa me klik tombol “kirim”.
biasanya untuk WP ketika kita memberikan komen walau tidak signin tetap bisa masuk, asal isiannya lengkap, terutama email..
ambo ndak ahli bana doh, insyaAllah dgn jawaban ko, ibu budi ndak sesat lagi di jalan
okelah dunsanak
Ingat Lintang… cerita yang tak jauh berbeda.
sepertinya begitu.. tapi untuk pemeran Ikal nya belum ditemukan di padang..
apapun yg terjadi dalam hidup kita harus tetep bersyukur….
ya.. tetap bersyukur.. karena apapun yang diberikan Allah adalah yang terbaik untuk kita
artinya..
kita mesti lebih banyak lagi bersyukur…
salam
artinya tepat mbak..
emang nasib orang gak bisa ditebak.. temenku ada yang dulunya nakal banget..tukang mabok..tawuran..eeeh..sekarang ngalahin aku yang masih blum jelas..hehe
ada ujung jalan yang tidak bisa kita terka..
jadi selagi mampu kita mesti terus berlari.. berlari dan berlari mengejar semuanya
budi… mungkin nama pertama yang paling banyak dihapalkan anak-anak Indonesia karena di setiap materi pembelajaran bahasa saat kelas satu SD, pasti ada…
salut buat “si budi” yang selalu tersenyum… 🙂
selalu ada Budi disetiap buku SD, tetapi saya sungguh tidak tahu ada berapa banyak kata-kata Budi di dalam buku-buku itu..
Kita hanya bisa membuat rencana tapi Allah yang memutuskan 😀
sepakat gan.. kalau tidak salah hal itu juga terdapat di dalam Alquran, di tulis dalam surat Albaqarah tu, ayat 216..
Bang. Ado takana dek wak ciek lai. Pembukaan album “basiginyang” ajo andre tu ha.
Ini budi.
Ini Ibu Budi
Apak e gai
Amak e gai….
Hmm, memang masih sibudi lah nan paliang familiar di negara ko.
Mulai dari pejabat, sampai pelawak. Mudah2n Allah anugerahkan kebaikan pada semua budi-budi yang ada, dan terkhusus untuk yang telah berbagi tentang sibudi pada kita. Amin 🙂
(ha ha, afwan, galak abang gadang ..)
iyo-iyo, kalo pakai lagu tu, makin lengakp carito ttg budi..
antum memang kreatif, ndak tapikie samo abang sabalunnyo doh
Hehe. Biaso c nyo bang..
*tapi abang urang nan ka sakian ngecek an wak kreatif mah.
*sambil menepuk dada 🙂
e… ee..
elok-elok, patang pas abang wawancara kejaksaan.. psikiaternya bilang ” anda tidak cocok jadi PNS karena terlalu kreatif”
tapi antum ndak ka jadi PNS doh nak..
mantap gan
tarimo kasih gan
tetep semangatdz!!!
^_^
YUP YUP… SEMANGAT!!
iyaah.. kok kaya cerita Lintang yah?
pertemuan dengan seseorang yang gak di duga kadang bisa bikin kita spechless yah?
tapi tokoh Ikal nya belum ditemukan..
selamat pagi
ah, Budi Anduk memang favorit saya.
tapi dia udah gak nongol lagi di tawa sutra.
btw, cerita kebetulan ketemu temen lama, yg jadi supir angkot itu,
hampir kayak cerita2 di cerpen.
ternyata ada juga versi kisah nyata nya.
hmmm….
terima kasih dan mohon maaf 😮
hmm.. setiap cerpen juga terinspirasi dari kisah nyata mas.. jangan-jangan cerpen yang telah meniru kisah ini 🙂
Senangnya bisa ketemu dengan teman lama. Masa lalu memang tidak menjamin mas… banyak hal yang masih bisa terjadi… nasib siapa yang tahu.
banyak hal memang yang tidak terduga ma..
termasuk ketika ams komen di blog ini, juga tidak pernah diduga sebelumnya..
Adrian Rangtalu… maaf, baru berkunjung sekarang.. 🙂
Saya juga pernah mengalami peristiwa yang sama, bertemu seorang teman lama yang keadaannya kini sangat berbeda jauh dari kondisinya dahulu.
Jalan hidup seseorang memang berliku. Ada banyak harapan yang tak tercapai. Tapi ada juga yang tidak diharapkan, malah terpenuhi. Itu semua misteri Ilahi memang.
Namun, sesungguhnya itu bukanlah masalah utama. Karena, capaian kita adalah buah dari usaha kita. Yang patut dihayati adalah, bagaimana seseorang menghadapi berbagai gelombang kehidupannya; apakah dengan keafiran, atau kesia-siaan.. 🙂
ondeh Da..
ndak apo-apo doh.. ndak paralu minta maaf..
iyo tapek bana kecek Uda tu, cara pandang kita terhadap gelombang hidup menentukan nilai diri kita..
Hanif itu nama anakku nanti. Nama asliku Akhmad Budi. Biasa di panggil Budi (di rumah), Akh Budi (dikampus), Mas Budi (di pertemuan sama ibu2), dan Pak Budi (di Pesantren Yatim Al Ihsan). Pernah rangking 1 selama di SD he he he *sombong.
Semoga aku menjadi Budi yang mas Ceritakan. Seorang yang sabar, rajin dan memiliki kebaikan bermacam2. Doakan ya
ho ho.. Uda Budi kiro nyo..
namanya di link blog saya, diganti menjadi “AKHMAD BUDI” atao tetap “hanif” ?
kunjungan balik…
wah blognya orang minang ya 😀
salam persahabatan ,-
yup .. tepat.. benar sekali
blog nya orang minang
Cerita yang menginspirasi mas… Ayo bangkit budi2 Indonesia… ^^
terima kasih..
amiinn.. semoga ya gan..
ikut mendoakan juga buat budi..
kehidupan kita takkan dapat kita tebak.. hanya berusaha dan banyak syukur jalannya..
insyaallah.. 🙂
amiin.. semoga kebaikan juga bersam kita
Tulisan nya keren Bang, btw salam kenal Bang.
terima kasih, tulisannya biasa-biasa saja
salam..
roda itu terus berputar, kadang kita bisa berada di bawah, mungkin di kesempatan lain kita berada di atas.
yang pasti Allah punya rencana yang terindah untuk kita
🙂
sepakat.. itu juga yang di yakini Budi, hal yang sama seperti yang ada dalam keyakinan saya juga..
dan tentu saja seperti yang ditulis di albaqarah:216
gagal pertamax
Huahahaha….bahasonyo mirip na jo baso kampuang Ni….
*cuma mau ngoment tu bg*
ha? kan lah di kecek-an.. bahaso talu tu.. memberi pengaruh bagi bahasa di nagari lain..
ha, iko baghu pet basuo jo Budi? setelah sekian lama Budi bolak-balik Pasar Raya?? kuper teh ipet yo?
ana dari semester satu lay, sajak budi masih jadi kenek…
kalu naik angkot Budi, gratis taghuih.. 🙂
kalau di bayar, digadoane pitih wak ka lobuah…
ee.. ndak manyimak.. di tulih bagru kini.. basuo e waktu habis wisuda potang..
ha, tu lah iyo, amah ocok basobok, rute e disitu.. kalau pun rute e ndok disitu.. pasti juo amah koja.. dek mancagri nan gratis..
budi memang luar biasa..
*sambil belajar bahasa padang 😀
hufhh
ha….ha….lutu nya pic.bng ad ne..
ngomong2 budi…tak di kaitkan dengan budi pekerti aj cerita nya bng??
seorang anak yang bernama budi, lagi baik budi pekerti gitu..???kurang panjang cerita nya bng…
abang tidak mau membuat cerita itu, ririn saja
hehe Rancak bana Curitonyo mah gan..
*Pakai istilihanyo adrian ciek lu. 🙂
Ping-balik: most commented « RANGTALU·
yang bikin aku mampir kesini karena prolog di awal cerita, jadi ingat waktu SMA pernah memerankan tokoh Budi di teater sekolah dengan prolog persis seperti itu, dengan dandanan ala budi waktu SD. dan hebatnya lagi setelah acara teater sekolah aku lebih di kenal sebagai budi #dooh padahal aku cewek loh… hehehehe.
tapi ceritanya ternyata sangat mengharukan. ikut mengamini yang mas adrian rangtalu do’akan buat budi…. ^^
wah, ternyata prolognya mewakili kejadian nyata disana ya “mbak budi”?
aamiin…
hehehehe,, iyaaa… tapi saya retno bukan budi… ;P