Lahirnya Generasi Gemulai

Cerita Ramadhan #13

Pada sebuah acara jelang buka puasa di salah satu stasiun televesi, pembawa acara memilih 5 orang pemuda secara acak dari kerumunan penonton untuk diberi hadiah. Kelima pemuda tadi maju ke depan, tampang oke, tubuh tinggi, pakaian gaul tapi saya tetap mesti tepok jidat karena kelimanya bergaya feminim, berjalan melenggok, gemulai, tangan lentik.. oaalaah.. keren-keren koq gemulai (saya agak ragu menyebut b*nci)

 

Dalam beberapa waktu terakhir saya melihat pertumbuhan generasi gemulai ini cukup signifikan, mereka pemuda yang lebih merasa nyaman ketika bergaya layaknya perempuan, beberapa tidak segan-segan membawa bedak, sisir dan cermin untuk berias.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab lahirnya generasi gemulai..

Pertama, minimnya jumlah guru laki-laki di TK dan SD. Padahal usia TK dan SD adalah usia dimana anak butuh sosok seorang idol yang mereka jadikan contoh. Ketika tidak ada sosok laki-laki yang menjadi contoh bagi mereka, disanalah mulai timbul masalah. Bayangkan ketika seorang guru perempuan bercerita tentang kisah Umar bin Khattab, saat ia menjelaskan karakter Umar dan berkata “Umar adalah seorang sahabat Rasulullah yang sangat tegas dan kuat” lalu mengangkat tangannya untuk menunjukkan ekspresi kuat, sayangnya ketika sampai pada kata tegas dan kuat, anak-anak justru melihat gurunya yang lemah lembut, maka ukuran tegas dan kuat yang ada dalam fikiran anak-anak saat itu adalah seperti kondisi guru perempuannya. Saat mereka dewasa gambaran itu terus tertanam menjadi karakter.

Kedua, lemahnya peran ayah dalam keluarga. Seorang ayah yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, pergi pagi pulang malam dan tidak ada banyak waktu bersama anak laki-lakinya menjadi penyebab lahirnya generasi gemulai. Karena disaat itu, anak akan lebih banyak berada bersama ibunya, disanalah ia belajar banyak hal, sekuat-kuatnya seorang ibu tetap ia lemah lembut dan seorang wanita.

Ketiga, latah pada lingkungan. Banyak pemuda yang tak punya pijakan kuat, mereka bertopang pada lingkungan. Saat lingkungan baik ia pun baik, saat lingkungan buruk ia pun buruk. Saat dilingkungannya banyak yang bergaya gemulai, merekapun ikut bergaya gemulai. Merasa tidak gaul kalau tidak bergaya gemulai, merasa kampungan dan kuno kalau tidak berbicara dengan mendayu-dayu. Televisi menjadi aktor utamanya, betapa banyak sosok banci yang muncul dilayar kaca yang bisa dilihat setiap jam. Maraknya acara TV yang menayangkan sosok banci, sudah sampai taraf meresahkan. Hampir sebagian besar acara dengan rating tinggi biasanya menonjolkan sosok ‘banci’, hal ini benar-benar meresahkan karena akan mempengaruhi mental generasi muda dan menggambarkan seolah-olah ‘prilaku banci’ sebagai prilaku yang wajar dan ‘trendy’.

Kedepan harus ada komposisi yang seimbang antara guru laki-laki dan perempuan di TK dan SD, dan harus ada ayah-ayah yang peduli dengan pertumbuhan putra-putra mereka. Agar anak laki-laki punya gambaran yang utuh untuk menjadi laki-laki.

Kalau fenomena ini tidak dihentikan, negeri ini akan dihuni oleh pemuda-pemuda gemulai, apa jadinya kalau suatu saat mereka dibawa ke medan perang? Hee.. perang ga bisa dihadapi dengan sisir dan bedak coy..

57 responses to “Lahirnya Generasi Gemulai

  1. wah iya saya juga aneh… banyak laki yang enggan jadi guru TK 😦

    apa karena pria lebih sedikit dari wanita, hee ..ga nyambung

    😛

  2. iya juga ya, hehehehe… padahal kami wanita2 aja nggak semuanya kemana bawa2 sisir dan cermin. suka risih kalo liat cowok yang segitunya 😦

  3. wew..
    memang korea ini sedikit banyak membawa dampak bagi perkembangan lelaki..
    ganteng tapi kemayu, bah! dan yang seperti itu di puja – puja oleh wanita..

    jadi harus kemayu dulu baru wanita suka..?

  4. Ya, saya juga prihatin Uda, kok makin banyak saja ya pemuda-pemuda yang seperti itu. Beberapa hari yang lalu saya jalan dengan anak-anak ke grand indonesia. Saya melihat sekelompok laki2 gemulai itu melewati kami dengan PD nya….. !!!

  5. Kalo saya boleh berpendapat, sebenarnya gak begitu masalah dengan jumlah guru laki-laki di TK atau SD. Biasanya ibu-ibu itu lebih cenderung sabar jika dibandingkan dengan bapak2. Itu menjadi satu keunggulan ibu-ibu untuk berkiprah disana. Untuk masalah idol sendiri, saya kira ibu2 pun asal bisa sebagai “ibu” yang sesungguhnya bisa menjadi satu filter tersendiri apalagi jika di dukung dengan keluarga yang mantap. Saya kira pengaruh keluarga lah yang sangat besar apalagi jika dilihat seumuran TK atau SD.

    Nah permasalahan sekarang adalah bagaimana media yang berperan mengubah pola pikir sekaligus pandangan masyarakat tentang tingkat globalisasi yang kian lama sudah kelewat batas. Hampir tidak ada tayangan edukasi yang benar-benar edukasi untuk seumuran anak-anak. Akibatnya sekarang anak-anak dicekoki, atau lebih tepatnya dipaksa melihat tayangan yang memang belum masuk kategori mereka. Akibatnya, ya itu tadi, kecil-kecil udah “gaul”.

    *Hanya berpendapat masbro. hehehe 😀
    Postingan pertama neh.

  6. jadi ingat para pengamen transgender di kereta api surabaya-bandung, lagu andalannya “wer ewer eweer..”

    dan cuma bisa nyengir waktu mereka bilang, “kita sama lhoo…”

  7. wah baru datang saya mas..hehe iya ya banyak sekarang..tapi mas maaf, bagaimana jika seseorang itu sudah ditinggalkan ayahnya dari kecil? bukankah dia kehilangan sesosok figur ayah yang seperti mas ulas? :)…tapi banyak juga yang tidak seperti pria gemulai meskipun tidak disamping ayahnya 😀 hehe…tp memang perlu diperhatikan lagi generasi yang supaya tidak bergemulai.. hehe..

  8. sempat rada aneh melihat beberapa penyanyi korea yang cantik-cantik dan gemulai, tapi ternyata mereka ikut wajib militer euy! gemulai itu banyak jenisnya kali ya? ada levelisasi gitu mungkin. tapi klo bicara perang, yang ngakunya gentle juga belum tentu siap diajak perang. hoho…
    selama ini berteman dengan cowok-cowok gemulai ternyata mereka lebih rajin diajak kerja sama ngerjain tugas kuliah dan belajar. yang ngakunya gentle ada yang males-malesan dan tidak tertarik ikut andil. ckckck…
    hehehe…
    kesannya kayak ngebelain cowok gemulai gitu ya?
    nggak maksud…^^ every single person has his/her something on.

Tinggalkan Balasan ke rangtalu Batalkan balasan