Celetukan sore tadi disudut markaz menjadi sebuah fikiran yang panjang dalam perjalanan pulang, kecepatan motor menjadi tidak stabil karena fikiran yang terbagi dua antara fokus adu ngebut dengan motor matic yang sok keren sejak perempatan Jalan Jati dan memikirkan sebuah hasil pemikiran kawan tentang teori sepatu yang kemudian direspon cepat oleh sel-sel kelabu yang sudah mulai kusut.
Kata teman saya sebagaimana yang disampaikan oleh temannya yang mungkin juga mendapatkan dari temannya yang lain, ….bahwa semua ini memang seperti memilih sepatu, sulit mencari ukuran yang pas.. *) teori sepatu
Motor matic di depan meliuk-liuk se-enaknya, saya tancap gas, kecepatan 60 km/jam cukup lumayan lah di jalan Alai yang sebagiannya masih berbatu, sebuah cara mengejar si motor matic yang sok keren dan sebuah jalan singkat untuk mengantar motor lebih cepat ke tempat servis dan. Ooh.. fikiran masih ke sepatu..
Kali ini tentang sepatu
Bagus terlihat tapi belum tentu pas dengan ukuran kaki, ada yang pas tapi tidak nyaman, ada yang nyaman tapi tidak terlihat bagus untuk dikenakan, ada yang bagus dikenakan tapi mahal.
Masih tentang sepatu
Membeli sepatu memang sulit, apalagi kalau akan dipakai lama, maka mesti dipilih yang tahan terhadap semua kondisi, entah hujan, panas, becek, debu, dan badai korupsi serta money politic he, serta tentu ia mesti berumur panjang..
Hiiaaaaah, sedikit lagi saya akan bisa menyusul dan mendahului si matic yang sok keren.. Jalan Alai – Ampang – Taratak Paneh rute yang berat, masih berbatu-batu, ini jalan kapan ya akan selesai??, jangan sampai saya keburu beli pesawat..
Tetap tentang sepatu
Yang bagus menurut kita, jelek menurut orang, yang tidak bagus menurut kita bisa jadi menjadi sepatu favoritnya bagi yang lain, yang trendy serta gaauuul gitu menurut orang banyak bisa jadi kuno menurut kita, begitu sebaliknya.
Tentang sepatu lagi
Dan satu hal yang mesti disadari, warna bisa pudar, jahitan bisa lepas, tapak bisa aus, ukuran bisa lapang, semua berubah seiring waktu, kecuali satu hal, bahwa ia masih sepatu, sepatu yang sama..
Semua serba relatif, tidak ada yang mutlak pada sepatu selain daripada kenyataan bahwa kita perlu sepatu untuk memastikan kaki kita tiada terluka dan tergores di jalanan yang sangat banyak menyimpan duri dan ranjau.
Motor matic yang sejak tadi saya kejar tiba-tiba berhenti dekat penjual bensin eceran, ternyata kehabisan bensin.. dan saya akhirnya bisa mendahului si motor matic yang sok keren, hehe.. (tawa kemenangan).. yaa begitulah kawan kadang bukan kehebatan kita yang membuat kita menang, tetapi karena Allah lemahkan lawan-lawan kita, 🙂 Allah punya caranya sendiri. Saatnya focus : pulang… nah yang punya dana lebih silahkan membangun SPBU di pinggir jalan Alai, peluang bisnis yang menjanjikan..
Selepas sholat isya, saya buka alqur’an, saya sampai pada satu ayat yang membuat saya tersenyum, sebuah teori relativitas, dan satu ayat lagi.. lagi dan lagi.. subhanallah..
Dan kawan ini BUKAN TENTANG SEPATU, jauh lebih dari sekedar sepatu, dan tentu saja ini juga bukan tentang motor matic..
#
selamat malam kuranji. 22:28
maaf fikiran saya sedang ber-mitosis
Reblogged this on Fitrah Notes.
ah…dirimu bro….memang begitulah mencari sepatu ternyata perlu ijitihat juga biar senang memakainya..he…he.. tentunya experience is the best teacher (pengen belajar dari mu bro) 😀
hahaha 😀
ambo yang ka baraja dari abg mah :))
anu…emmm…
itu…anu..
ambo dari dulu maleh pakai sepatu… tarompa tali kan ciri khas anak “anu”, jd ndak pakai spatu…
apo ndak ba a “beko” tu… 😀
emm.. ndak ba’a doh bro..
sepatu hanya mewakili jenis alas kaki
dan lagipula ini bukan tentang sepatu bro, he :))
Tapi boleh juga tuh bang idenya “Membangun SPBU di pinggir jalan Alai
eksekusi segera akh
ehm….maknanya tersirat banget
jadi, kapan sebar undangan Da? 😉
#jahil
eeeh…
banyak yang tersirat di dalam yang tersurat
tapi ini bukan tentang sirat apalagi surat, he
saya share ke fesbuk ya Da… boleh kan? 🙂
woow.. boleh.. silahkan mbak
i know what it is… ehem.
oh salah inggrit.. ini bukan “it is” dan juga bukan tentang “ehem”
jalan berbatu, hmm …persis jalan menuju Puskesmas saya …
😦
semoga segera di aspal mbak.. biar lancar ke puskesmasnya
ooooooooo (itu bulat ga yah???)
bisa juga lonjong se…
tp tetep lha undanga nya jangan terlupa
klo kadonya, cukup saia numpang makan gratis disana
hehehe
Insyaallah,,,,
mudah2an mendapatkan sepatu yg tenteram, nyaman,ga mahal, hati seneng dan walau hujan, badai, panas, sepatu tetp menjadi pelingung yg baik
ya toh
o iya matic nya keren juga…
bisa buat orang panas hehe ^_^
ooh ini bukan tentang undangan, apalgi makan gratis..
hanya sebuah fikiran yang ber-mitosis saja..
🙂 klo teori sepatu saya : “ukurannya sudah pasti yaitu nomer 39 😀
tinggal memilih model yang sesuai dengan keinginan hati saya” hehe..
tak do’ain semoga diberi kemudahan mendapatkan apa2 yang diinginkan termasuk sepatu itu tu hehe.. 😉
subhanallah.. samo nomor sapatu awak mah.. 🙂
tapi saya tidak suka yang banyak mode, suka yang biasa2 saja,
aamiin
subhanallah.. bisa tukeran sapatu nich kita hehe.. 😀
😀
he.. mungkin…
*sambil ngebut msh bs mikirin masalah “bukan tentang sepatu” sekompleks itu ya…
harusnya isi bensin dlu di SPBU Jati bang…, bensin eceran tu pilihan terakhir. *ini bukan tentang bensin… 🙂
hmm masih bisa berfikir meski acak dan sembrawut ukh..
karena fikirannya bergerak lebih cepat..
eh iyo yg eceran tu pilihan terakhir, itu nan dapek dek onda matic tu nyoh he
oh… ternyata bukan tentang sepatu toh..
ya uda ngerti lah maksudnya apa 🙂
ya ya.. bukan tentang sepatu, tpi spertinya juga bukan seperti apa yang kiky fikirkan..
jadi seperti apa yang rangtalu pikirkan??
hanya rangtalu yang tahu
sok kul!!!!!!!!!!!
hmm..jadi ini semua tentang apa???? 😀
tentang a yo bro?
ndak pulo ngeh awak doh